FUNGISIDA DAN BAKTERISIDA MIKROBIOLOGI

Salam Tani !! Masih menyambung tentang Fungisida dan Bakterisida alami yang telah maspary posting kemarin, pada kesempatan kali ini kita akan menyampaikan tentang Fungisida dan bakterisida mikrobiologi hasil tulisan dari Panut Djajasumarto. Sebelumnya maspary mohon maaf karena agak lama dalam memosting artikel ini, karena memang kesibukan yang luar biasa sehingga nggak sempat untuk membuka notebook. Artikel ini sangat penting untuk di baca karena sangat terkait dengan tulisan maspary di blog Gerbang Pertanian yang terdahulu baik itu mengenai PGPR, MOL, Trichoderma, corynebakterium dll. Baiklah nggak usah panjang lebar kita langsung meluncur ke TKP aja :

FUNGISIDA DAN BAKTERISIDA MIKROBIOLOGI

Sejumlah mikroorganisme (terutama jamur dan bakteri) diketahui merupakan antagonis terhadap jamur penyebab penyakit tanaman (fitopatogenik). Mekanisme tentang bagaimana mikroorganisme antagonis ini mengendalikan jamur fitopatogenik, tidak selalu jelas, tetapi umumnya merupakan salah satu atau gabungan beberapa cara sebagai berikut (Agrios, 2005; Loekas Soesanto, 2008).

  1. Kompetisi. Beberapa mikroorganisme bersaing dengan jamur fitopatogen dalam memperoleh unsur hara dan ruang bagi kehidupannya. Contohnya, Pseudomonas putida bersaing dengan Pythium ultimum (penyebab penyakit rebah semai pada kapri dan kedelai) dan Fusarium oxysporum (penyebab penyakit layu fusarium);
  2. Parasitisme. Beberapa mikroorganisme lainnya bersifat parasit (disebut hiper-parasit) dari jamur penyebab penyakit tanaman. Contohnya, Serratia marcescens adalah hiper-parasit bagi Fusarium oxysporum (penyebab penyakit layu fusarium).
  3. Antibiosis. Ada pula mikroorganisme yang menghasilkan senyawa kimia tertentu (toksin atau antibiotik) yang beracun bagi jamur penyebab penyakit tanaman. Contohnya, jamur Pseudomonas fluorescens menghasilkan antibiotika yang mampu menghambat Thielaviopsis basicola (penyebab penyakit busuk akar hitam pada tanaman tembakau).
  4. Menghasilkan enzym yang menghancurkan sel-sel jamur patogen, atau
  5. Menghasilkan metabolit lain yang merugikan jamur patogen.
  6. Menginduksi pertahanan tanaman inang (induced host resistance). Akhirnya ada juga mikroorganisme yang merangsang tanaman dimana mereka hidup untuk mengaktifkan mekanisme pertahanan terhadap keberadaan jamur patogen, misalnya merangsang tanaman untuk menghasilkan fitoaleksin, sistim SAR (systemic acquired resistance = ISR, induced systemic resistance), dsb.

Mikroorganisme antagonis kebanyakan adalah jamur dan bakteri, yang akan dibicarakan secara agak detail pada halaman-halaman berikut. Kecuali jamur (fungi) dan bakteri, telah diketahui pula bahwa beberapa mikroba lainnya juga juga dapat dikembangkan menjadi fungisida dan bakterisida mikrobiologi, misalnya (Agrios, 2005).


- Nematoda pemakan jamur Aphelenchus avenae merupakan parasit bagi Rhizoctonia dan Fusarium.
- Amoeba Vampyrella merupakan parasit bagi jamur patogen Cochliobolus sativus dan Gaeumannomyces graminis.


Fungisida Biologi: Jamur


Hingga kini, telah dilaporkan 54 genus jamur, meliputi ratusan spesies yang mempunyai potensi sebagai antagonis bagi jamur penyebab penyakit tumbuhan. Genus-genus tersebut abtara lain (Habazar dan Yaherwandi, 2006): Acaulospora, Ampelomyces, Ascocoryne, Aspergillus, Aureobasidium, Candelabrella, Candida, Catenaria, Chaetomium, Cicinobolus, Cladosporium, Coniothyrium, Cryptococcus, Cryphonectria (dahulu Endothia), Dactylaria, Dactylela, Fusarium, Genicularia, Gliocladium, Glomus, Hansfordia, Heteroconium, Laccaria, Laetisaria (dahulu Corticium), Leucopaxillus, Myrothecium, Microsphaeropsis, Nematophthora, Oidendron, Penicillium, Piniophora, Phialocephala, Phialophora, Pichia, Pisolithus, Pleospora, Pythium, Rhizoctonia, Rhodotorulla, Rosellinia, Saccharomyces, Sclerotinia, Scytalidium, Spherellopsis, Sporidesmium, Trichoderma (dahulu Gliocladium), Trichotecium, Tuberculina, Typhula, Ulocladium, dan Verticillium.


Dari sekian puluh genus jemur antagonis, yang sering disebut dan relatif banyak diteliti adalah (Agrios, 2005)

  • Jamur dari genus Trichoderma, terutama Trichoderma harzianum merupakan parasit bagi Rhizoctonia dan Sclerotium, dan menghambat pertumbuhan Pythium, Phytophthora, Fusarium dan Heterobasidion (Fomes).
  • Laetisaria arvalis (Corticium sp.) merupakan mikoparasit serta antagonis bagi Rhizoctonia dan Pythium;
  • Sporidesmium sclerotivorum, Gliocladium virens serta Coniothyrium minitans merupakan parasit serta antagonis bagi Sclerotinia sclerotiorum;
  • Talaromyces flavus adalah parasit bagi Verticillium.
  • Beberapa spesies Pythium yang non-patogenik juga diketahui merupakan parasit bagi Phytophthora dan spesies Pythium lainnya.
  • Jamur Verticillium lecanii diketahui merupakan parasit bagi nematoda patogen Heterodera glycines.
  • Jamur Dactylella, Arthrobotrys, Paecilomyces dan Xyphenema merupakan parasit bagi nematoda Meloidogyne sp.
  • Jamur Catenaria auxiliaris, Nematophthora gynophila, Verticillium chlamydosporium dan Hirsutella sp., diketahui merupakan parasit bagi nematoda Heterodera dan Globodera.
  • Beberapa jenis ragi, seperti Pichia gulliermondii juga merupakan parasit dan menghambat pertumbuhan beberapa jamur patogen seperti Botrytis dan Penicillium.

Di bawah ini beberapa jenis jamur berguna yang telah berhasil diformulasi secara komersial:


Ampelomyces quisqualis Ces

Jamur ini dahulu bernama Cicinnobolium quisqualis ini terdapat luas di alam. Isolat 10 ditemukan di kebun anggur di Israel dan diproduksi secara komersial sebagai fungisida biologi setelah diketahui bahwa jamur ini dapat tumbuh dan menghasilkan spora pada kondisi tertentu.

Jamur hiperparasit ini digunakan untuk mengendalikan semua jenis jamur penyebab penyakit embun tepung (powdery mildew) dari familia Erysiphaceae, meskipun pada tanaman yang berbeda penyebab embun tepungnya juga berbeda.

Spora A. quisqualis yang berkecambah akan memasuki hifa jamur embun tepung sebagai parasit, dan akhirnya perkembangan embun tepung akan terhenti. Untuk dapat berkecambah, spora A. quisqualis memerlukan kelembaban minimal
60%, dan proses masuknya kedalam hifa patogen memakan waktu 2 – 4 jam. Diaplikasikan dengan cara disemprotkan. Karena perkecambahan spora A. quisqualis memerlukan kelembaban cukup tinggi, dianjurkan untuk melakukan penyemprotan pada pagi hari sewaktu embun masih ada, atau pada sore hari. Pengendalian akan berhasil baik bila tingkat serangan dibawah 3%. Juga diaplikasikan secara protektif sebelum ada serangan penyakit.

Dapat digunakan bersama (dicampur) dengan insektisida biologi yang umum digunakan (misalnya Bacillus thuringiensis), jangan dicampur dengan fungisida sistemik seperti sterol biosynthesis inhibitor (BSI), jangan digunakan bersama bahan kimia lain yang bersifat oksidator yang kuat, asam, basa, serta air yang mengandung klorin.

Tidak ada laporan bahwa C. minitans menyebabkan reaksi alergi atau efek toksikologi lain yang negatif, baik pada pekerja pabrik produksi maupun pengguna.

Candida oleophila Montrocher

Jamur Candida oleophila merupakan kapang yang terdapat luas di alam. Isolat I-82 telah diproduksi secara komersial oleh Novartis (sekarang Syngenta), dan diaplikasikan sebagai fungisida dengan cara semprotan atau pencelupan buah-buahan yang akan disimpan, untuk menghindari penyakit-penyakit pasca panen, pada apel, jeruk dan lain-lain.

Dapat dicampur dengan tiabendazol dan etoksiquin, tetapi jangan dicampur dengan oksidator yang kuat, asam, basa dan air yang mengandung klorin.

Candida saitoana Nakase & Suzuki

Fungisida jamur ini juga digunakan untuk melindungi buah-buahan sesudah panen agar tidak diserang jamur patogen. Jangan dicampur dengan oksidator yang kuat, asam, basa dan air yang mengandung klorin.

Clonostachys rosea f. catenulate (Gilman & Abott) Schroer

Jamur ini dahulu dinamai Gliocladium catenulatum. Isolat J1446 diisolasi dari tanah di Finlandia, dan dikembangkan sebagai fungisida biologi bersama oleh Agriculture Research Centre (Finlandia) dan perusahaan Kemira Agro.

Mikrobial fungisida ini diaplikasikan secara preventif untuk mengendalikan jamur patogen seperti Pythium spp., Rhizoctonia spp., dan Phytophthora dengan aplikasi
di tanah, maupun jamur-jamur Botrytis spp., Didymella spp., dan Helminthosporium spp., dengan cara penyemprotan baik di daun maupun hasil panen.

Sesudah aplikasi C. rosea f. catenulate, selama seminggu sebaiknya jangan gunakan pestisida kimia lainnya. Jangan dicampur dengan oksidator yang kuat, asam, basa dan air yang mengandung klorin.

Coniothyrium minitans Campbell

Fungisida mikrobiologi Coniothyrium minitans isolat CON/M/91-08 mula-mula diisolasi tahun 1992 oleh perusahaan Jerman Prophyta, diformulasi tahun 1995 (konidia diformulasi dalam bentuk WDG), dan diregistrasi oleh Federal Biological Research Centre for Agriculture and Forestry pada 22 Des. 1997, dan dipasarkan tahun 1998. Sekarang telah diregistrasi di Eropa dan Amerika Utara.

Digunakan untuk mengendalikan jamur patogen dari genus Sclerotinia, terutama Sclerotinia sclerotiorum dan S. minor. Yang dikendalikan oleh C. minitans adalah struktur fase istirahat (sklerotia) dari organisme target yang berada di tanah. C. minitans adalah jamur yang lambat sekali berkembangnya, dan sangat tergantung pada efek mikoparasitnya pada sklerotia jamur sasaran.

Produk mengandung C. minitans diaplikasikan dengan cara dibenamkan kedalam tanah 2 atau 3 bulan sebelum tanam, atau 2 – 3 bulan sebelum infeksi penyakit diperkirakan datang.

Dapat digunakan bersama herbisida trifluralin. Jangan digunakan bersama asam, basa, dan air yang mengandung klorin.

Tidak ada laporan bahwa C. minitans menyebabkan reaksi alergi atau efek toksikologi lain yang negatif, baik pada pekerja pabrik produksi maupun pada petani pengguna. LD50 oral pada tikus >2500 mg/kg, dermal >2500 mg/kg, tidak menyebabkan iritasi mata dan kulit kelinci.

Cryphonectria parasitica (Murril) Barr

Jamur yang dulu dinamakan Diaporthe parasitica, Valsonectria parasitica, atau Endothia parasitica ini diketahui sebagai penyebab penyakit chesnut blight pada tanaman chesnut. Yang dimanfaatkan sebagai fungisida mokrobiologi adalah isolat non-patogenik (isolat yang tidak menyebabkan penyakit, isolat non-virulen), yang diisolasi dari pohon chesnut di Prancis. Digunakan untuk mengendalikan chesnut blight (Cryphonectria parasitica). Cara kerjanya, isolat non-patogenik (isolat yang non-virulen) ini akan menempati lokasi dimana isolat virulen menimbulkan penyakit,
sehingga isolat yang virulen tidak menyerang tanaman. Banyak isolat yang non-virulen dari jamur ini membawa mikovirus (virus yang menyerang jamur, VLP) dan virus ini di alam dapat mentransfer sifat-sifat jamur yang non-virulen ke isolat yang virulen, sehingga isolat yang semula virulen ini menjadi tidak virulen.

Aplikasi dilakukan dengan memperlakukan luka atau bekas pangkasan dengan peroduk yang mengandung isolat non-patogenik dari C. parasitica secepat mungkin, sehingga isolat non-patogenik ini sempat berkembang. Jangan campur dengan pestisida lain, dan jangan gunakan air yang mengandung klorin untuk mengencerkan.

Tidak ada laporan bahwa C. minitans menyebabkan reaksi alergi atau efek toksikologi lain yang negatif, yang disebabkan oleh penggunaannya.

Cryptococcus albidus (Saito) Skinner

Jamur ini digunakan sebagai fungisida untuk mengendalikan penyakit busuk oleh jamur Penicillium dan Botrytis spp. pada penyimpanan buah-buahan (apel, pir). Diaplikasikan dengan cara menyemprot buah, atau merendamnya dengan produk yang mengandung C. albidus segera sesudah panen. Sesudah disemprot atau direndam, buah-buah tersubut harus dibiarkan kering sebelum disimpan.

Mula-mula jamur ini akan berkompetisi dengan patogen penyebab penyakit dalam hal ruang dan makanan. Selanjutnya C. albidus menghasilkan dua macam protein yang menghancurkan dinding sel jamur patogen, dan menghentikan pertumbuhannya. Jangan dicampur dengan fungisida berspektrum luas lainnya, dan jangan menggunakan air yang mengandung klorin untuk mengencerkannya.

Beberapa spesies Cryptococcus dikatakan dapat menyebabkan infeksi kulit yang tidak meluas pada hewan menyusui. LD50 oral pada tikus >4147 mg/kg, dan LD50 dermal >6750 mg/kg bb.

Fusarium oxysporum Schlechtendal

Seperti diketahui bahwa jamur Fusarium oxysporum adalah penyebab penyakit layu fusarium pada beberapa jenis tanaman. Namun isolat Fo 47 merupakan isolat yang non-patogenik (tidak menyebabkan penyakit) dan berkompetisi dengan isolat patogenik (isolat yang menyebabkan penyakit). Isolat Fo 47 adalah mutant alami dari jamur F. oxysporum, ditemukan pada tanah Chataeaurenard di Prancis tenggara oleh peneliti dari INRA, dan kemudian sebagai fungisida mikrobiologi diproduksi secara komersial. F. oxysporum isolat Fo 47 tidak dapat bersilang dengan isolat yang patogenik.

F. oxysporum isolat Fo 47 digunakan secara protektif untuk mencegah penyakit layu fusarium yang disebabkan oleh isolat patogenik Fusarium oxysporum dan Fusarium moniliforme (Gibberella fujikuroi), dengan tiga cara kerja. Pertama, dengan kompetisi pada sistim perakaran tanaman. Isolat Fo 47 adalah penyerang yang kuat dan sangat kompetitif dalam hal nutrisi dengan mikroorganisme lain. Kedua, kompetisi di permukaan sistem perakaran. Mereka bersaing dalam memperoleh akses untuk masuk ke lokasi dimana jamur menginfeksi akar tanaman. Ketiga, F. oxysporum isolat Fo 47 mengaktifkan sistim kekebalan tanaman yang merangsang tanaman untuk memproduksi fitoaleksin (zat alami yang diproduksi oleh tumbuhan untuk melawan patogen) yang menghambat enzym pencernaan jamur patogen dan mendetoksifikasi asam fusarik yang dihasilkan oleh jamur patogen.

Preparat mengandung F. oxysporum isolat Fo 47 diaplikasikan di tanah baik di kebun maupun di rumah kaca. Jangan diaplikasikan bersama fungisida tanah lainnya, jangan dicampur dengan oksidator yang kuat, asam, basa dan air yang mengandung klorin.

Fusarium oxysporum isolat Fo 47 tidak menyebabkan penyakit pada mamalia. Akut LD50 pada tikus >5000 mg/kg, dan dermal (tikus) >2000 mg/kg.

Phlebiopsis gigantea (Fr) Massee

Jamur ini pernah dikenal dengan nama lamanya Phlebia gigantea atau Peniophora gigantea. Mula-mula diisolasi pada tahun 1987 oleh Finnish Forest Research Institute dari log pohon spruce yang tertinggal di hutan. Digunakan untuk memperlakukan stum pinus dan spruce pada tahun 1988, dan diproduksi secara komersial pada tahun 1991.

Dikembangkan sebagai fungisida biologi untuk mengendalikan penyakit busuk akar yang disebabkan oleh Heterobasidion annosum (syn. Fomes annosum).

Pseudozyma flocculosa (Traquair et al.) Boekhout & Traquair

Jamur yang dahulu dikenal sebagai Sporothrix flocculosa atau Stephanoascus flocculosus ini dikenal sebagai fungi saprofit dan juga sebagai hiperparasit bagi jamur penyebab embun tepung di Kanada, Amerika Serikat dan Eropa. Salah satu isolat yang diproduksi secara komersial diisolasi dari daun red clover (Trifolium pratense) yang ditutupi oleh cendawan embun tepung Erysiphe polygoni. Bahan aktif dari produk adalah spora yang diformulasi dalam bentuk WP.

P. flocculosa digunakan sebagai fungisida mikrobiologi untuk mengendalikan embun tepung Sphaerotheca fuliginea yang sering terdapat pada tanaman Cucurbitaceae, dan pada mawar. Agar efektif, saat aplikasi diperlukan kelembaban yang tinggi, minimal 60%. Oleh karena itu disarankan untuk diaplikasikan pagi hari saat embun masih ada atau petang hari.

Tidak ada bukti bahwa jamur ini menyebabkan infeksi atau penyakit pada tikus. Tidak ada laporan keracunan dai mereka yang bekerja dengan produk jamur ini selama 10 tahun terakhir. Bukan merupakan genotoksin.

Pythium oligandrum Dreschler

Digunakan sebagai fungisida untuk mengendalikan berbagai penyakit tular tanah pada tanaman sayuran, serealia dan pepohonan, baik di rumah kaca maupun di kebun. Diaplikasikan sebagi semprotan langsung di tanah, atau untuk perlakuan benih. Selanjutnya jamur akan berkembang cepat di zona perakaran (rhizosfer) dan mencegah tumbuhnya penyakit jamur tular tanah lainnya. P. oligandrum juga merangsang pertumbuhan tanaman, sehingga tidak mudah diserang penyakit.


image

Gambar 01: Hifa dari spesies Pythium sp. yang non-patogenik sedang mempenetrasi hifa Phytophthora sp dari Agrios, 2005).

Jangan diaplikasikan dengan bahan kimia lain, jangan gunakan air yang mengandung klorin untuk mencampur. Tidak kompatibel dengan oksidator yang kuat, basa dan juga basa.

Tidak ada laporan bahwa Pythium oligandrum menyebabkan reaksi alergi atau efek toksikologi lain yang negatif, yang disebabkan oleh penggunaannya. Disimpulkan sebagai bahan yang toksisitasnya rendah.

Talaromyces flavus (Klocker) Stolk & Samson

Isolat V117b dari Talaromyces flavus diisolasi oleh Prophyta, dan askosporanya diformulasi dalam bentuk WDG. Fungisida biologi ini ditargetkan untuk mengendalikan jamur patogen tular-tanah seperti Verticillium dahliae, V. albo-atrum serta Rhizoctonia solani pada tomat, mentimun, strawberry dan lainnya.

T. flavus bekerja sebagai pesaing nutrisi dari jamur patogen pada rhizosfer dan tanah, karena jamur ini mengkolonisasi daerah perakaran dengan cepat. Ada dugaan bahwa jamur ini juga mengaktifkan sistim kekebalan tanaman terhadap jamur patogen, dengan merangsang tanaman menghasilkan fitoeleksin yang menghambat invasi jamur penyebab penyakit.

Produk mengendung T. flavus diaplikasikan pada tanah, sebagai seed treatment atau dengan mencelupkan (dipping) akar bibit yang akan ditanam. T. flavus tidak menunjukkan toksistas oral, tidak menyebabkan infeksi atau penyakit pada hewan percobaan. Jamur ini tidak tumbuh dengan baik >35oC.

Trichoderma harzianum Tul

Trichoderma harzianum terdapat secara alami sebagai salah satu komponen dari mikroflora tanah, sering terdapat pada daerah perakaran (rhizosfer) akar tanaman yang sedang tumbuh. Ada beberapa isolat jamur Trichoderma harzianum (dahulu dinamai Trichoderma lignorum) yang telah diproduksi secara komersial sebagai fungisida mikrobiologi.

  • Trichoderma harzianum isolat T-22 (Rifai isolat KRL-AG2)
    Isolat T-22 merupakan hasil fusi protoplasma T. harzianum isolat T-95 dan T. harzianum isolat T-12. Sebagai fungisida biologi, isolat T-22 adalah isolat yang paling efektif dan paling kompetitif, untuk mengendalikan jamur patogen (baik patogen tular-tanah maupun patogen pada daun) seperti Pythium,
    Rhizoctonia, Fusarium, Thielaviopsis, Cylindrocladium, Myrothecium, Botrytis dan Sclerotinia, pada tanaman sayuran, tanaman hias, kedelai dan jagung.


image

Gambar 02: Kultur Trichoderma harzianum pada media potato-agar. Kiri: warna kehijauan adalah spora (konidia) jamur. Kanan: belum menghasilkan spora (Dari Harman).

Efikasi T. harzianum isolat T-22 terhadap jamur patogen disebabkan oleh beberapa cara. Pertama, T. harzianum T-22 dikenal sebagai mikoparasit yang menginvasi jamur patogen dan memparasit benang-benang jamur (hifa) patogen. Jamur ini secara persisten berada di zona perakaran tanaman, tetapi tidak dapat hidup tanpa adanya akar yang sedang tumbuh. T. harzianum T-22 bersaing dengan jamur patogen dalam hal nutrisi di zona akar tanaman. T. harzianum T-22 mempunyai efek pada perkembangan akar tanaman dan membantu melarutkan berbagai hara tanah, sehingga akar tanaman lebih kuat, hara yang tersedia bagi tanaman lebih banyak, yang menyebabkan tanaman lebih dapat bertahan terhadap serangan penyakit. Terakhir, T. harzianum T-22 mengaktifkan kekebalan sistemik dapatan (SAR: systemic acquired resistance), yang akan melindungi tanaman dari penyakit.

T. harzianum isolat T-22 dapat diaplikasikan baik dengan cara dicampur dengan tanah (dibenam saat pengolahan tanah), dengan menyemprotkannya pada daun tanaman, dan sebagai perawatan benih (seed treatment) misalnya pada jagung dan kedelai. Dapat dicampur dengan fungisida lain, tetapi jangan diaplikasikan bersama bahan kimia yang merupakan oksidator yang kuat, asam, basa atau air yang mengandung klorin.

T. harzianum T-22 tidak menyebabkan infeksi atau penyakit pada mamalia, LD50 oral (tikus) >500 mg/kg, menyebabkan iritasi mata, tetapi tidak pada kulit.


image

Gambar 03: Kiri: hifa jamur Trichoderma harzianum (T) membelit hifa jamur patogen Rhizoctonia solani (R). Kanan: nampak hifa R. solani sudah mulai hancur (6 hari sesudah inokulasi) sedang hifa T. harzianum nampak normal (dari Agrios, 2005).

  • Trichoderma harzianum isolat TH-35 dan TH-315
    Isolat-isolat ini mula-mula diintroduksikan untuk mengaplikasi pembibitan pada tahun 1997. Fungisida mikroba ini diaplikasikan dengan menambahkannya pada tanah pesemaian atau di lapangan, untuk mengendalikan Pythium spp, Fusarium spp, Rhozoctonia solani dan Sclerotium rolfsii, pada berbagai tanaman termasuk sayuran, tanaman hias, serta tanaman lainnya.

T. harzianum isolat TH-35 dan TH-315 berkembang pada rhizofer tanaman dan bersaing dengan jamur parasit dalam hal nutrisi, membantu akar tanaman menyerap nutrisi lebih baik, dan bekerja sebagai antagonis bagi jamur patogen dengan menyelubungi hifa jamur parasit dan mencerna isinya.

Kompatibel dengan, dan oleh karenanya dapat diaplikasikan bersama fungisida kebanyakan lain, kecuali benomil dan karbendazim. Disarankan agar tanah yang akan diperlakukan dengan T. harzianum isolat TH-35 dan TH-315 disterilkan dahulu sebelumnya. Jangan dicampur dengan oksidator yang kuat, asam, basa dan air yang mengandung klorin.

Cendawan ini tidak beracun bagi mamalia, tidak pernah dilaporkan sebagai menyebabkan gangguan kesehatan. Dermal LD50 pada tikus >2000 mg/kg. Tidak menyebabkan iritasi pada kulit dan mata.


image

Gambar 04: Mikoparasitisme oleh salah satu strain Trichoderma terhadap fungi patogenik (Pythium) di permukaan biji kapri (Dari Harman).

  • Trichoderma harzianum isolat T-39
    Trichoderman harzianum isolat T-39 direkomendasikan untuk mengendalikan jamur patogen tanah Botrytis dan Sclerotinia. Fungisida biologi ini efektif untuk mengendalikan Botrytis cinerea pada tanaman muda dengan cara semprotan, dan juga digunakan kapang putih Sclerotinia sclerotiorum, Cladosporium fulvum dan penyakit-penyakit embun tepung. Direkomendasikan untuk digunakan pada tanaman anggur, sayuran, tanaman pertanian lainnya, baik di rumah kaca maupun pada lahan terbuka.

T. harzianum merangsang sistim kekebalan tanaman (baik lokal maupun sistemik), menekan daya racun enzym yang dihasilkan oleh cendawan patogen, dan berkompetisi dengan jamur patogen dalam hal ruang dan nutrisi. Diaplikasikan pada tanah, atau disemprotkan ke seluruh bagian tanaman yang dilindungi.

Tidak kompatibel dengan, dan karenanya jangan dicampur dengan fungisida tertentu (misalnya kelas benzimidazole). Jangan dicampur dengan senyawa kimia yang bersifat oksidator kuat, asam, basa dan air yang mengandung klorin.

T. harzianum tidak menyebabkan penyakit atau infeksi pada mamalia. Oral LD50 (tikus) >500 mg/kg, menyebabkan iritasi mata, tetapi tidak pada kulit. Klasifikasi EPA (formulasi) kelas III – IV.


Trichoderma stromaticum Samuel & Pardo-Schultheiss

Jamur Trichoderma stromaticum merupakan parasit pada miselium jamur Crinipellis perniciosa, penyebab penyakit sapu setan (witches’ broom) pada tanaman kokoa. T. stromaticum mengendalikan C. perniciosa dengan beberapa cara, termasuk mikoparasitisme (parasit jamur), dan produksi enzym yang toksik bagi C. perniciosa. Dilaporkan juga bahwa T. stromaticum dapat mengaktifkan sistim kekebalan sistemik dapatan (SAR: systemik acquired resistance) tanaman, sehingga lebih tahan terhadap serangan C. perniciosa.

Fungisida mikrobiologi ini diaplikasikan dengan disemprotkan (volume tinggi) untuk mengendalikan penyakit pada kanopi daun (efikasi sekitar 56%), dan dicampurkan pada tanah dan serasah disekitar pohon kokoa untuk mengendalikan penyakit pada serasah daun (efikasi hingga 99%).

Tidak ada laporan bahwa Trichoderma stromaticum menyebabkan reaksi alergi atau efek toksikologi lain yang negatif, yang disebabkan oleh penggunaannya.


Trichoderma virens (Miller, Giden & Foster) von Arx

Jamur tanah yang dahulu dikenal sebagai Gliocladium virens ini terdapat secara alami. Trichoderma virens isolat GL-21 ditemukan dan diisolasi oleh Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA), dan dipasarkan oleh Certis. Fungisida biologi ini digunakan untuk mengendalikan penyakit rebah kecambah (damping off) tular tanah dan penyakit-penyakit akar, seperti Pythium, Fusarium, Thielaviopsis, Sclerotinia dan Sclerotium spp. pada tanaman tanaman hias dan tanaman pertanian lainnya, baik di pesemaian, rumah kaca ataupun di lapangan.

Trichoderma virens mengendalikan jamur patogen dengan tiga cara berbeda. Pertama, T. virens menghasilkan antibiotika, gliotoksin, yang membunuh jamur patogen; kedua, T. virens adalah parasit bagi jamur patogen; dan yang ketiga T. virens bersaing dengan jamur patogen dalam mendapatkan nutrisi.

T. virens diaplikasikan dengan mencampurkannya dengan tanah sebelum tanam. Jangan diaplikasikan pada tanaman yang sudah sakit, tidak dicampur dengan fungisida lain, tidak kompatibel dengan oksidator yang kuat, asam, basa dan jangan dicampur dengan air yang mengandung klorin.

Tidak ada laporan bahwa Trichoderma stromaticum menyebabkan reaksi alergi atau efek toksikologi lain yang negatif, yang disebabkan oleh penggunaannya.

Trichoderma viride Persoon

T. viride digunakan sebagai fungisida untuk mengendalikan berbagai penyakit yang disebabkan oleh jamur tanah, seperti Rhizoctonia spp., Fusarium spp., Phytophthora spp., dan Pythium spp., pada tanaman hias, sayuran, tanaman buah, serealia, dan sebagainya. Jamur berguna ini diaplikasikan dengan memasukkannya kedalam tanah, dan terutama bekerja sebagai pesaing dari jamur patogen dalam mendapatkan nutrisi.

Lain-lain

  • Campuran dari Trichoderma harzianum (isolat ATCC 20475) dan T. viride (isolat ATCC 20476), fungisida, digunakan untuk mengendalikan berbagai jamur patogen baik di tanah maupun pada kanopi daun, seprti Armillaria mellea, Chandrostereum purpureum, Pythium spp., Fusarium spp., Rhizoctonia spp., dan Sclerotium rolfsii pada kebun buah, tanaman hias, sayuran. Juga untuk mengendalikan penyakit-penyakit pasca-panen pada buah-buahan dan sayuran.
  • Campuran Trichoderma polysporum (isolat IMI 206039/ATCC 20475) dan T. harzianum (isolat IMI 206040/ATCC 20476), fungisida, digunakan untuk mengendalikan penyakit tular-tanah, terutama Botrytis cinerea, Heterobasium annosum, dan Chandrostereum purpureum, pada tanaman dalam pot dan penutup luka (misalnya sesudah pemangkasan) pada pohon buah dan tanaman hias.


Fungisida Biologi: Bakteri

Telah dilaporkan sekitar 16 genus bakteri mempunyai potensi sebagai antagonis bagi penyebab penyakit tumbuhan, yakni (Habazar dan Yaherwandi, 2006): Agrobacterium, Bacillus, Bdellovibrio, Burkholderia, Enterobacter, erwinia, Herbaspirillum, Klebseilla, Cryptococcus, Curtobacterium, Paenibacillus, Pantoea, Pasteuria, Pseudomonas, Streptomyces dan Serratia.

Dari antara genus-genus bakteri tersebut, yang terkenal diantaranya adalah (Agrios, 2005; Copping, 2004)
 Agrobacterium radiobacter
 Bacillus pumilus, Bacillus subtilis, dan Bacillus subtilis var. amyloliquefaciens
 Brevibacillus brevis
 Burkhoderia cepacia (fungisida dan nematisida)
 Enterobacter
 Pantoea agglomerans
 Pseudomonas aureofaciens, Pseudomonas chlororaphis, Pseudomonas fluorescens (fungisida dan bakterisida), Pseudomonas syringae, dan Pseudomonas tolassii (bakterisida),
 Streptomyces griseoviridis, dan Streptomyces licidus

Di bawah ini diuraikan secara singkat beberapa di antara fungisida bakteri yang telah berhasil diformulasi dan diproduksi secara komersial.

Agrobacterium radiobacter (Beijerink and van Delden) Conn

Bakteri ini terdapat secara alami di berbagai tempat di dunia. Beberapa isolat bakteri ini telah diproduksi secara komersial sebagai bakterisida, yakni isolat K84, isolat K89 dan isolat K1026. Isolat K1026 ditemukan dan dikembangkan di Australia oleh Bio-Care Technology, dan isolat K84 diproduksi oleh AgBioChem.

Bakteri berguna ini berkompetisi dengan, dan karenanya digunakan untuk mengendalikan Agrobacterium tumifaciens, bakteri dari genus yang sama yang menyebabkan penyakit crown gall, pada beberapa tanaman, termasuk tanaman buah-buahan, anggur, dan tanaman hias. Digunakan secara preventif untuk mencegah agar A. tumifaciens tidak berkembang. Ada bukti bahwa A. radiobacter mengeluarkan zat anti-bakteri yang menghambat berkembangnya A. tumifaciens.

Diplikasikan dengan merendam stek, bibit atau benih tanaman ke dalam suspensi bakteri dan ditanam segera sesudah diperlakukan. Sesudah bahan tanaman ditanam, diikuti dengan pengocoran (drenching) pada tanah di sekitar tanaman. Sebaiknya jangan digunakan sebagai campuran dengan bahan kimia lainnya, jangan gunakan air yang mengandung klorin, dan jangan digunakan bersama fungisida broad spektrum lainnya, seperti fungisida yang mengandung tembaga, bakterisida atau pupuk.

Tidak ada laporan bahwa A. radiobacter menyebabkan reaksi alergi atau efek toksikologi lain yang negatif, baik pada pekerja produksi maupun petani pengguna.

Bacillus pumilus Meyer and Gottheil

Bakteri yang dimanfaatkan sebagai fungisida mikrobiologi ini dapat dijumpai di tanah dalam berbagai habitat di seluruh dunia. Yang telah diproduksi secara komersial adalah B. pumilus isolat QST2808 karena efikasinya terhadap berbagai jamur patogen yang penting secara ekonomi.

Bakteri ini digunakan untuk mengendalikan berbagai macam penyakit, termasuk embun tepung (powdery mildew), embun bulu (downy mildew), dan penyakit karat (rust) pada tanaman serealia, buah-buahan, sayuran dan anggur. Bacteri ini menghambat pertumbuhan jamur di permukaan daun, dan dapat mengaktifkan sistim kekebalan tanaman. B. pumillus memiliki kemampuan preventif dan kuratif. B. pumillus umumnya dapat digunakan sebagai campuran dengan banyak jenis fungisida, insektisida, pupuk daun dan bahan perata. Jangan digunakan bersama bahan kimia yang bersifat pengoksidasi, asam, basa serta air yang mengandung klorin. Diformulasi sebagai WP atau AS dan diaplikasikan dengan cara penyemprotan. Klasifikasi toksisitas EPA (formulasi) kelas III.

Bacillus subtilis (Ehrenbeg) Cohn

Bacillus subtilis ini terdapat secara alami. Ada beberapa isolat yang telah diproduksi secara komersial sebagai fungisida mikrobiologi karena isolat-isolat ini paling efektif untuk mengendalikan berbagai penyakit karena jamur dan juga bakteri.

  • Bacillus subtilis isolat GB03
    Fungisida, diintroduksikan sebagai seed treatment oleh Christian Hansen Biosystem pada tahun 1994. Diaplikasikan dengan cara perawatan benih (seed treatment) atau pengocoran (drenching) pada pesemaian dan saat pindah
    tanam. Begitu diaplikasikan B. subtilis akan berkembang dan membentuk koloni di daerah perakaran tanaman yang diperlakukan, dan berkompetisi dengan jamur patogen yang menyerang akar. Diaplikasikan untuk mencegah atau mengendalikan penyakit pesemaian dan tanaman muda, seperti Fusarium spp., Pythium spp, dan Rhizoctonia spp., pada tanaman kedelai, kacang tanah, gandum, tanaman leguminosa, dan kapas.
    Dalam penggunaan jangan dicampur dengan fungisida captan dan fungisida berbahan aktif tembaga, serta jangan dicampur dengan bahan kimia yang bersifat pengoksidasi, asam, basa dan air yang mengandung klorin.
  • Bacillus subtilis isolat MBI 600
    Fungisida, efektif diaplikasikan sebagai seed treatment untuk mengendalikan jamur patogen tular tanah seperti Fusarium, Aspergillus, Pythium dan Rhizoctonia, dan disemprotkan untuk mengendalikan penyakit pada daun oleh Botrytis dan embun tepung, pada tanaman kedelai, kapri, kacang tanah, kacang-kacangan lainnya, kapas, gandum dan jagung.
    Jangan dicampur dengan fungisida semacam captan dan fungisida berbahan aktif tembaga. Dapat dicampur dengan insektisida yang biasa digunakan untuk perawatan benih.
  • Bacillus subtilis isolat QST 713
    Fungisida dan bakterisida diaplikasikan dengan cara penyemprotan untuk mengendalikan penyakit-penyakit yang disebabkan oleh jamur dan bakteri patogen, seperti Botrytis cinerea, Uncinula necator, Podosphaerea leucotricha, Erysiphe spp., Sphaeroteca spp., Leveillula taurica, Oidium spp., Peronospora spp., Botryosphaeria dothidea, Phtophthora infestans, Xanthomonas spp., Sclerotinia minor dan Plasmopara viticola, pada tanaman-tanaman anggur, Cucurbitaceae, Cruciferae, brokoli, cabai, tomat, kentang, wortel, sayuran lainnya dan tanaman hias.

Dapat digunakan bersama insektisida, fungisida, bakterisida, pupuk daun dan bahan perata yang umum lainnya. Jangan dicampur dengan bahan kimia yang bersifat pengoksidasi, asam, basa dan air yang mengandung klorin.

Bacillus subtilis (Ehrenberg) Con.) var. amyloliquefaciens

Juga merupakan bakteri yang terdapat secara alami di tanah dan sampah dedaunan, dan dimanfaatkan sebagai fungisida. FZB Biotechnik telah memproduksi secara komersial isolat FZB24 dari tiga isolat (FZB13, FZB24 dan FZB42) yang mereka isolasi. Isolat FZB24 efektif untuk mengendalikan jamur patogen tular tanah seperti Rhizoctonia dan Fusarium pada tanaman dalam rumah kaca atau tanaman outdoor di tempat yang teduh, dengan cara seed treatment.

Disarankan untuk mencampur terlebih dahulu produk mengandung B. subtilis var. amyloliquefaciens dengan air hangat untuk mengaktifkan bakteri sebelum dilarutkan lebih lanjut. Diaplikasikan dengan cara pengocoran (drenching) pada tanah segera setelah bibit ditanam, atau dengan mencelupkan bibit atau stek ke dalam larutan berisi B. subtilis var. amyloliquefaciens sebelum ditanam. Jangan dicampur dengan bahan kimia yang bersifat pengoksidasi, asam, basa, dan air yang mengandung klorin. Jangan digunakan bersama fungisida berbahan aktif tembaga dan bakterisida semacam streptomisin.

Brevibacillus brevis

Dahulu dikenal sebagai Bacillus brevis, merupakan fungisida mikrobiologi untuk mengendalikan Botrytis cinerea, Pythium spp. dan Sphaeroteca fuliginea, dan penyakit tular tanah dan penyakit-penyakit pangkal batang serta daun lainnya, pada tanaman serealia dan kentang.

Brevibacilus brevis mengendalikan jamur patogen dengan dua cara yang berbeda. Pertama, B. brevis menghasilkan metabolit, semacam antibiotika anti-fungal yakni gramisidin S, yang merusak membran sitoplasma, terutama pada spora yang sedang berkecambah dan germ-tube jamur. Jangan dicampur dengan pestisida kimiawi lain.

Burkholderia cepacia (Palleroni & Holmes) Yabuuchi

Bakteri yang dimanfaatkan sebagai fungisida dan nematisida ini dahulu disebut Pseudomonas cepacia, merupakan jamur yang umum terdapat pada rizhofer (daerah perakaran) tumbuhan. Isolat J82 (Wisconsin) dipilih karena mudah di produksi secara komersial dan efektif untuk mengendalikan penyakit tular tanah dan nematoda. B. cepacia sangat agresif mengkolonisasi daerah perakaran tanaman, dan merupakan antagonist bagi jamur dan nematoda patogen. Diaplikasikan dengan cara perlakuan benih (seed treatment) dan pencelupan biibit (dipping)

Dapat dicampur dengan kebanyakan pestisida, kecuali dengan fungisida berbahan aktif tembaga. Jangan dicampur dengan bahan kimia yang bersifat pengoksidasi, asam, basa dan air yang mengandung klorin.

Pantoea agglomerans (Ewing & Five) Gavini et al

Dahulu bakteri ini dikenal dengan nama Enterobacter agglomerans. Bakteri ini terdapat secara alami di tanah. Isolat C9-1 dipilih untuk diproduksi sebagai fungisida secara komersial, dan digunakan untuk mengendalikan penyakit fire blight (Erwinia amylovora) pada apel dan pir, dan diaplikasikan dengan semprotan volume tinggi bila kondisi kondusif bagi timbulnya Erwinia amylovora.

Tidak boleh dicampur dengan fungisida broad-spectrum seperti fungisida berbasis tembaga, dan jangan dicampur dengan bahan kimia pengoksidasi yang kuat, asam, basa dan jangan gunakan air yang mengendung klorin untuk mengencerkannya.
Tidak ada laporan bahwa A. radiobacter menyebabkan reaksi alergi atau efek toksikologi lain yang negatif, baik pada pekerja pabrik produksi maupun pada petani pengguna.

Pseudomonas aureofaciens

Isolat Tx-1 diisolasi dari jaringan pangkal batang semacam rumput pada tahun 1989, dan digunakan sebagai fungisida mikrobiologi untuk mengendalikan Sclerotinia homeocarpa, Colletrotichum spp., dan Pythium aphanidermatum, terutama pada rumput hias (turf). Pseudomonas aureofaciens menghasilkan metabolit yang beracun bagi jamur sasaran, seperti phenazine carboxylic acid (PCA) dan derivatnya.

Dalam penggunaannya jangan dicampur dengan fungisida broad-spectrum seperti fungisida berbasis tembaga, dan jangan dicampur dengan bahan kimia pengoksidasi yang kuat, asam, basa dan jangan gunakan air yang mengendung klorin untuk mengencerkannya.

Tidak ada laporan bahwa P. aureofaciens menyebabkan reaksi alergi atau efek toksikologi lain yang negatif, baik pada pekerja pabrik produksi maupun pada petani pengguna.

Pseudomonas chlororaphis (Guingard & Sauvageau) Bergey

Fungisida mokroorganisme ini diisolasi dari bakteri tanah Pseudomonas chlororaphis yang secara alami terdapat mengkolonisasi akar tumbuhan, mengeluarkan senyawa yang memacu pertumbuhan tanaman, dan menghambat tumbuhnya jamur penyebab penyakit. Tumbuhan yang di akarnya terdapat P. chlororaphis, karenanya, perkembangan akarnya lebih baik, tumbuhan lebih sehat, hasilnya lebih baik.

Pseudomonas chlororaphis dimanfaatkan sebagai fungisida untuk mengendalikan jamur penyakit tular-tanah (soil-borne) dan tular-benih (seed-borne). Diaplikasikan dengan cara perlakuan benih pada tanaman serealia, dan ada pula yang diformulasi sebagai WP untuk menyemprot tanaman di rumah kaca dan pesemaian tanaman hias dan sayuran.
Yang diformulasi sebagai seed treatment jangan digunakan bersama fungisida spektrum luas lainnya, sedang yang WP dapat dicampur dengan pupuk daun dan kebanyakan fungisida.

Tidak ada laporan bahwa P. chlororaphis menyebabkan reaksi alergi atau efek toksikologi negatif lainnya, baik pada pekerja pabrik produksi maupun pada petani pengguna.

Pseudomonas fluorescens (Trevisan) Migula

Fungisida dan bakterisida. Terdiri atas beberapa isolat, dengan efikasi serta organisme target yang berbeda. Salah satu isolat digunakan sebagai fungisida untuk mengendalikan penyakit fire blight (Erwinia amylovora) serta penyakit tular tanah Fusarium dan Rhizoctonia. Isolat lain digunakan untuk mengendalikan Pseudomonas tolassi. Yang lain-lagi digunakan sebagai anti-frost.

Pseudomonas syringae Van Hall

Dahulu dikenal sebagai Pseudomonas cerasi, Pseudomonas syringae digunakan sebagai fungisida untuk mengendalikan penyakit-penyakit pasca-panen di penyimpanan, pada tanaman apel, pir, sayuran , lemon, jeruk, pisang dsb. Yang sudah diproduksi secara komersial adalah isolat ESC-10 (006441), dan ESC-11 (006451).

Diaplikasikan baik sebagai dipping (pencelupan) atau penyemprotan. Cara kerjanya belum sepenuhnya dipahami, namun P. syringae akan menutupi permukaan buah-buah yang diperlakukan dan menghalangi jamur patogen untuk menyerang buah tersebut.

P. syringae Isolat ESC-10 dan ESC-11 tidak menyebabkan menimbulkan efek negatif pada mamalia bila termakan atau mengenai kulit. Lebih lanjut, bakteri ini tidak bisa hidup pada temperatur >32oC. P. syringae tidak menyebabkan reaksi alergi atau efek toksikologi lain yang negatif, baik pada pekerja pabrik produksi maupun pada petani pengguna.

Pseudomonas tolassi bakteriofaga

Pseudomonas tolassi bakteriofaga adalah bakteri penyebab penyakit pada Pseudomonas tolassi, oleh karena itu secara spesifik digunakan sebagai bakterisida untuk mengendalikan Pseudomonas tolassi pada budidaya jamur Agaricus dan Pleurotus spp. Diproduksi dengan mengisolasi in vivo dari sel bakteri P. tolassi.

P. tolassi bakteriofaga tidak lazim digunakan bersama dengan pestisida lain. Tidak menyebabkan reaksi alergi atau efek toksikologi negatif lainnya, baik pada pekerja pabrik produksi maupun pada petani pengguna.

Streptomyces griseoviridis Anderson et al

Beberapa isolat Streptomyces griseoviridis diketahui mempunyai sifat antagonis terhadap jamur patogen tular-benih dan tular-tanah. Dari beberapa isolat yang diisolasi oleh Departement of Plant Pathology University of Helsinki, dipilihlah isolat K 61 untuk dikembangkan lebih lanjut.

Isolat K 61 bekerja sebagai fungisida dengan berbagai macam cara. Pertama bakteri ini akan mengkolonisasi daerah perakaran dan berkompetisi dengan jamur patogen dalam hal ruang dan nutrisi. Selanjutnya P. griseoviridis isolat K 61 juga menyebabkan hancurnya dinding sel jamur patogen oleh enzym yang diproduksi oleh isolat K 61. Akhirnya, S. griseoviridis isolat K 61 juga menghasilkan metabolit yang bersifat anti-jamur.

Sebagai fungisida digunakan untuk mengendalikan jamur patogen tular-tanah, terutama Fusarium spp., yang menyebabkan layu fusarium, dan busuk akar. Juga menunjukkan efikasi untuk mengendalikan jamur tular-tanah dan tular-benih lainnya, seperti Alternaria spp., Pythium spp., Phytophthora spp., Rhizoctonia spp., dan Botritys cinerea; pada tanaman sayuran, tanaman hias atau semak dalam rumah kaca.

Produk mengandung S. griseoviridis isolat K 61 diaplikasikan sebagai seed treatment, disemprotkan atau dikocorkan (drenching) pada media tanam. Direkomendasikan untuk tidak mencampurnya dengan pestisida lain atau pupuk cair, dan jangan gunakan air yang mengandung klorin untuk mengencerkannya.

Tidak ada laporan bahwa S. griseoviridis menyebabkan reaksi alergi atau efek toksikologi negatif lainnya, baik pada pekerja pabrik produksi maupun pada petani pengguna. Tidak toksik atau menyebabkan penyakit pada tikus hingga takaran 15 g/kg. LD50 dermal >2000 mg/kg. Tidak menyebabkan iritasi kulit, tetapi menyebabkan iritasi ringan pada mata (akan pulih dalam 2 hari).

Streptomyces lydicus De Boer et al

Bakteri bermanfaat Streptomyces lydicus adalah bakteri (Actinomycetales) saprofit dan banyak terdapat pada daerah perakaran. Isolat WYEC 108 yang diproduksi secara komersial diisolasi dari tanaman linseed di Amerika Serikat, dan digunakan sebagai fungisida untuk mengendalikan jamur patogen tular-tanah, jamur penyebab busuk akar dan rebah kecambah pada tanaman di rumah kaca, sayuran serta tanaman hias. Sangat menjanjikan untuk dikembangkan pada tanaman pertanian lainnya. Beberapa jamur patogen yang dapat dikendalikannya adalah Fusarium, Rhizoctonia, Pythium, Phytophthora, Phytomatotricum, Aphanomyces, Monosprascus, Armillaria dan jamur perusak akar lainnya.

Diaplikasikan dengan cara dicampur dengan tanah atau dikocorkan (drenching), tidak digunakan untuk menyemprot tanaman secara langsung. S. lydicus isolat WYEC 108 selanjutnya akan berkembang dan mengkolonisasi daerah perakaran tanaman, bertindak sebagai parasit dari jamur patogen (mikoparasit) dan melindungi tanaman dari jamur patogen. S. lydicus juga menghasilkan metabolit (antibiotika atau senyawa anti-jamur lainnya) ke daerah perakaran. Tanaman yang ditanam di tanah yang telah diperlakukan dengan S. lydicus juga menunjukkan peningkatan tampilan bibit, sistim perakaran yang lebih kuat, hasil meningkat dan menekan jumlah tanaman yang lemah.

S. lydicus belum pernah dilaporkan menyebabkan penyakit pada manusia, atau menyebabkan efek negatif pada manusia. LD50 oral untuk tikus (formulasi) >5050 mg/kg. Klasifikasi toksisitas EPA (formulasi) kelas IV.

Semoga postingan dari Gerbang Pertanian kali ini bisa menjadikan jawaban bagi para petani yang sedang mendalami tentang hal-hal gaib atau mahkluk Alloh yang sangat kecil ukurannya sehingga disebut mikrobiologi. Dan tentunya harapan maspary smoga tulisan tentang fungisida dan bakterisida mikrobiologi diatas bisa bermanfaat bagi kita semua. Jangan lupa untuk pertemuan besok kita masih akan membahas tentang fungisida dan bakterisida alami dengan judul fungisida dan bakterisida nabati, oleh karena itu jangan lewatkan tunggu aja tanggal mainnya.

Salam Tani

maspary

Comments

Popular posts from this blog

PILIH VIRTAKO APA PREVATHON ?

MENGENDALIKAN HAMA KEPINDING TANAH/ KETUPLUK

GEJALA SERANGAN ULAT DAN BELALANG APA BEDANYA